Siang itu panas matahari begitu terik. Saking teriknya, saya bisa melihat bayangan saya sendiri tegak tepat di jalan aspal yang saya injak. Arus sungai saat itu cukup deras, menjadikan penghalang bagi kami para junior scientist untuk melawan arus. Tapi tak ada pilihan lain, kami harus melawan arus demi bertemu langsung dengan batuan yang berumur ratusan juta tahun.
Enam tahun sudah ketika terakhir kalinya saya kembali ke Karangsambung untuk melakukan ekskursi yaitu kuliah lapangan mata kuliah Geologi. Sebagai mahasiswa Teknik Geologi saat itu, kami diwajibkan untuk belajar banyak tentang geologi di Karangsambung karena Karangsambung memiliki sejarah dan proses geologi yang amat unik dan berbeda dengan tempat lainnya, Dan akhirnya, saya kembali lagi kesini bersama tim Pesona Indonesia.
Sepertinya tak banyak yang berubah dari kampus LIPI Karangsambung, atau entah saya yang sudah lupa. Mulai ari asrama, museum, saya masih ingat sedikit letak posisinya. Kami bertemu dengan Pak Eko Puswanto, salah satu ahli geologi yang menerima kami di LIPI. Sepertinya, saya mengenal Pak Eko ini, mungkin enam tahun yang lalu kami pernah bertemu disini, tapi lagi-lagi karena saya yang pelupa, jadinya duh. Mungkin Pak Eko juga lupa, karena tiap tahunnya mahasiswa geologi dari berbagai macam kampus melakukan ekskursi ke Karangsambung, sebut saja ITB, UGM, UPN, dan kampus lainnya.
Pak Eko menjelaskan tentang apa itu Karangsambung dan bagaimana Karangsambung bisa menjadi sesuatyang spesial di mata geologist dan akhirnya akan diangkat menjadi Geopark. Karangsambung sendiri berarti karang yang bersambung. Ternyata makna ini benar adanya. Para peneliti geologi percaya bahwa di Karangsambung lantai samudra yang berumur sangat tua terangkat keatas dan muncul di permukaan bumi akibat proses dinamika bumi! Dan umurnya pun nggak tanggung-tanggung, ratusan juta tahun!
Pak Eko mengantar kami ke dalam museum LIPI yang berada di dalam komplek LIPI. Didalamnya terdapat berbagai macam berita, infografik, jenis batuan, peraga gempa bumi, dan lain-lain. Disini Pak Eko menjelaskan bagaimana proses tektonik di Karangsambung itu terjadi. Krangsambung sendiri dizonasikan sebagai zona melange atau zona campur aduk karena terdapat berbagai batuan yang terbentuk dengan cara tercampur seluruhnya akibat aktifitas pergerakan dua kerak bumi, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Bahan pembentuk melange ini merupakan batuan basal yang terdapat di dasar laut dan batuan sedimen. Akibat lingkungan yang berbeda, batuan yang terbentuk punya keunikan yang luar biasa.
Setelah itu dengan menggunakan mobil, kami diantar Pak Eko menuju sebuah sungai dimana di sungai tersebut kita dapat menemukan singkapan batuan berumur 80 juta tahun. Batu yang disusun atas rijang dan batu gamping merah saling mengisi pinggiran sungai. Mengapa batuan tua ini bisa muncul diatas padahal secara logika seharusnya batuan yang tua ada dibawah ya karena proses tektonik tadi, yang tua jadi naik keatas. Tentu saja, kami langsung selfie bersama si batu tua ini.
Ternyata 80 juta tahun itu nggak ada apa-apanya ketika kami diajak melihat singkapan batuan basement berumur 117 juta tahun yang dinamakan sekis mika. Posisinya berada di sungai kecil yang menurut saya seperti selokan. Kalau orang awam dijamin akan menganggap batu tersebut adalah batu biasa, namun tidak bagi para geologist. Batu tersebut adalah batu berharga karena bisa mengungkap banyak sekali sejarah yang ada di Karangsambung.
Kami juga sempat melewati singakapan batuan serpentinit yang merupakan batuan lantai samudra yang singkapannya tepat ada di pinggir jalan sebelum sampai di singakapn rijang batu gamping yang terlihat secara nyata berlapis. Normalnya, lapisan tersebut horizontal mengikuti arah arus, tapi malahan bisa mendongak keatas lagi-lagi karena proses tektonik.
Perjalanan kami ditutup dengan mengunjungi Lava Bantal, salah satu spot favorit di Karangsambung. Batu ini lucu sekali karena bentuknya yang bulat-bulat seperti bubble minuman yang kamu biasa minum. Mengapa batunya bisa bulat-bulat menyambung seperti ini karena waktu lava mengalir, pendinginannya terlalu cepat jadinya bentuk batuannya tidak sempurna dan berbentuklah bulat-bulat berwarna hitam dengan tekstur yang halus.
Begitulah perjalanan saya ke LIPI Karangsambung di tahun 2018 ini. Sangat berkesan dan mengenang nostalgia, ketika saat itu saya dan teman-teman Geologi Universitas Padjadjaran 2009 benar-benar mengenal apa itu batuan, metamorf, pemetaan, dan banyak hal lainnya yang hanya bisa ditemukan di Karangsambung. Mungkin bagi banyak orang, meneliti batu adalah hal yang bodoh, tetapi tidak bagi kami. Meskipuns sekarang saya sudah bekerja di bidang yang berbeda, tetapi sense of geology tetap tertanam di hati dan selalu terpanggil ketika melihat karya Tuhan yang mengikutsertakan proses geologi di dalamnya.
Dapat batu akik badar besi gak? Hahah
ReplyDelete
ReplyDeletepostingan ini sangat bagus sekali dan baik untuk di baca
BERITA TERBARU MU
This is a grreat post
ReplyDelete