![]() |
Makanan Indonesia Enak-Enak! |
Berbicara
tentang makanan tentu tidak akan pernah ada habisnya. Apalagi Negara kita,
Indonesia memiliki banyak sekali kuliner khas yang tersebar di seluruh penjuru
Nusantara. Seakan memberi sinyal bahwa kita tidak akan pernah kehabisan ide
ataupun bosan dengan makanan yang itu-itu saja. Bosan makan Ketoprak, masih ada
Gado-Gado ataupun Lotek dengan penyajian yang hampir sama tapi dengan rasa yang
berbeda. Kekayaan rasa serta rempah-rempah Indonesia yang amat terkenal sampai
ke luar negeri juga menjadi kebanggaan bagi kita semua. Contohnya, Rendang khas
Sumatera Barat dan Nasi Goreng yang menempati posisi pertama dan kedua Best Food in The World versi CNN Travel.
Gilaaaaaaaa Bosku….
Nah,
tentunya kuliner juga bermacam-macam jenisnya. Tak hanya bahan-bahan yang
basicnya punya rasa enak saja yang dijadikan sebagai bahan utama untuk pengisi
perut. Kadang ada beberapa bahan yang sedikit aneh, atau bahkan tak lazim
dimakan untuk menambah sedapnya rasa masakan. Misalnya ganja di Aceh, ataupun
ulat sagu di Papua yang biasa dimanfaatkan sebagai tumisan. Nah, kali ini saya
ingin menceritakan pengalaman saya mencoba aneka kuliner ekstrim yang pernah
saya coba selama saya melakukan perjalanan. Sudah siap kantung plastik? Yuk,
dibaca!
Ulat Sagu Hidup
Dua bungkus ulat sagu segar! |
Apa
yang kalian pikirkan jika mendengar kata ulat? Sesuatu yang menggeliat,
berbulu, dan terlihat bontet alias bantet (apapun itulah). Hidup di
pohon-pohon, dan jika sudah pada masanya akan bertransformasi menjadi kepompong
lalu diakhiri dengan kupu-kupu. Sungguh indah ya sepertinya? Anggapanmu akan
berubah ketika membaca kalimat berikut ini. Pernah membayangkan ketika ulat itu menggeliat masuk kedalam
mulutmu, lalu bergerak pelan melintasi ruang antar lidahmu? Lalu secara tak
sengaja, ulat itu menyentuh bagian sensitif pada lubang di gigimu, dan otomatis
kamu langsung menggigit ulat itu. Bagaimana rasanya?
Ulat
pada dasarnya menjadi makanan di beberapa daerah di Indonesia, misalnya Maluku
dan Papua. Yang biasa menjadi favorit adalah ulat sagu. Ulat ini diambil dari
pohon-pohon sagu yang ada di hutan
rimba. Warnanya putih dan besarnya seperti ukuran jempol orang dewasa. Menggeliat
kesana kemari, melihatnya saja sudah geli. Saya mencoba mencari ulat sagu ini
saat saya berkeliling kota Sorong. Pada kedatangan saya yang pertama, saya tak
menemukannya, tetapi syukur pada kedatangan yang kedua kali, saya berhasil
membeli sekantung ulat sagu segar ini dari seorang Mama-Mama (panggilan Ibu
bagi orang Timur) di sebuah Pasar di kota Sorong.
Melihat
si ulat joget-joget macam Pole Dancer yang
siap diterkam pria hidung belang, saya tak dapat lagi menahan rasa penasaran
untuk segera mengunyah ulat sagu tersebut. Bang Jo, seorang teman yang ikut
dalam perjalanan saya mencari ulat, lalu merekam detik-detik bagaimana saya
mengunyah hidup-hidup ulat yang tak bersalah itu. Dasar, manusia pemakan
segala.
Awalnya,
saya memutuskan kepala ulat dengan gigi agar si ulat tidak menggigit lidah
saya. Hal itu juga dilakukan agar ulat langsung mati dan tidak merasakan sakit
saat digilas oleh si gigi geraham. Ternyata saya salah! Setelah saya memasukkan
ulat sagu yang saya kira telah mati, si ulat masih sanggup bergerak didalam
mulut. Saya merasakan sensasi aneh ketika ulat menggeliat diatas lidah saya,
semacam ada geli-geli enak gimana gitu. Merasa kegelian, dengan membaca
Bismillah, saya langsung menghujamkan gigi geraham saya kearah si ulat.
Selamat makan! |
Pernah mencoba klepon? Itu yang saya rasakan pertama kalinya. Isi tubuh ulat yang berisi entah lender atau apalah itu, memenuhi rongga mulut saya. MUNCRAT. Tapi bukan rasa manis seperti klepon yang saya rasakan, tetapi rasa hambar sedikit masam dengan bau yang aneh. Baunya agak menusuk, seperti bau tengik. Seketika, saat itu saya ingin langsung muntah, tetapi untungnya saya berhasil mengontrol pikiran agar hal itu tak terjadi. Pelan-pelan, lendir yang lengket itu mulai masuk kedalam tenggorokan, menyisakan kulit ulat yang ternyata terasa lembut tetapi berserat. Mungkin inilah yang membuat ulat sagu banyak memiliki serat dan protein, dan menjadi sumber protein yang tinggi bagi para konsumennya.
Bodohnya, percobaan pertama berakhir sia-sia karena Bang Jo lupa menekan tombol record saat saya mengunyah itu ulat. Jadi mau tak mau harus mengulang lagi. DUHH, APES!
Mari kita coba ulat sagunya!
Cacing Nyale si Cacing
Laut.
Cacing Nyale,penuh protein! |
Kali
ini yang saya coba tak kalah menarik dari si ulat sagu. Kalau kamu pernah
mengunjungi Lombok atau Sumba, biasanya para nelayan yang tinggal disekitar
pesisir tahu betul akan cacing ini. Biasa disebut cacing Nyale, cacing ini
biasa muncul satu tahun sekali. Nah, biasanya munculnya Nyale ini merupakan
pertanda baik bagi para masyarakat, sebab Nyale memiliki banyak fungsi.
Misalnya, Nyale bisa ditaburkan di sawah karena dipercaya dapat menyuburkan
tanah hingga membuat hasil panen berlimpah. Sebagian lagi akan diolah menjadi
lauk-pauk, penyedap masakan, antibiotik, bahkan obat kuat karena ternyata Nyale
memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Ketika
menonton kegiatan Pasola di Sumba Barat Daya, ternyata kegiatan mengambil Nyale
merupakan salah satu bagian dari festival. Saya dan beberapa ahabat langsung
menuju lokasi dimana tempat pengambilan Nyale berlangsung. Disana, sudah
terlihat banyak wisatawan yang siap ikut langsung dalam prosesi pengambilan.
Tiba-tiba seorang teman menantangku.
“Yudh,
kamu kan pemakan segala. Berani makan Nyale hidup-hidup gak?”
“Emang
keuntungannya apa makan Nyale hidup-hidup?”
“Banyak.
Proteinnya tinggi. Bisa jadi obat kuat. Gak akan kalah tempur deh.”
“Mau
tempur sama siapa, halah.”
Merasa
tertantang, saya lalu menghampiri seorang warga yang sedang mengambil Nyale.
Saya memberi salam lalu menanyakan tentang Nyale yang ia bawa. Setelah
berbasa-basi sedikit, saya secara langsung meminta beberapa Nyale yang ia bawa.
“Bu,
boleh saya minta Nyalenya? Mau saya makan hidup-hidup Bu.”
“Lho
kok hidup-hidup? Gak dimasak dulu De”
“Nggak
deh Bu. Rasa natural lebih mantap.” jawab saya sambil nyengir kuda.
Cacing Nyale? Hajaaaar!
Si
Ibu lalu menunjukkan kumpulan Nyale yang dibawanya. Banyak sekali, entah ada
berapa ratus cacing Nyale yang ibu tangkap. Langsung saja saya mengambil seraup
cacing Nyale dari si Ibu. Setelah mengucapkan terima kasih, saya lalu segera
mengambil smartphone dan menyuruh Tina, sahabt saya untuk merekam video.
Belajar dari pengalaman Bang Jo yang lupa menekan tombol record, saya meminta untuk Tina menekan tombol record dari
sekarang.
Dengan
cepat, saya langsung memasukkan sekaligus Nyale yang saya pegang. Kali ini saya
tak membiarkan Nyale itu bergerak, karena saya tahu bisa fatal jika Nyale
tersangkut di tenggorokan. Apalagi, mungkin ada sekitar 20 Nyale yang langsung
saya telan sekaligus. Ternyata rasa Nyale ini not bad. Hambar total, malah
rasa asin dari air laut yang terasa. Rasanya seperti kamu kumur-kumur air
garam, tapi bedanya cuma ada ampasnya saja. Dan cacing ini nggak bau seperti
ulat sagu sih.
Si
Ibu hanya bengong ketika melihat saya memakan langsung ulat Nyale, karena
biasanya Ulat Nyale dimasak terlebih dahulu menjadi sayur ataupun tumisan. Hal
yang sama terjadi lagi sama seperti saat saya di Sorong.
Okay,
so ujian kuliner ekstrim kali ini telah berakhir, dan saya berhasil melewatinya.
Tapi nggak sampai situ saja, ketika kaki say menginjakkan Negara lain, ada
beberapa kuliner ekstrim lainnya yang saya coba. Ingin tahu? Tunggu lanjutan
selanjutnya di Bagian Kedua!
Bang share video makan cacing nyale idup2 nya dong .... ����kerenn kerenn hahaha
ReplyDeleteLho itu kan videonya ada? Tapi Kenapa gak bisa dilihat dari mobile ya?
DeleteWaainii nih, yang bikin selera makan seorang CB bertambah :D hahahaa
ReplyDeletegak heran ya jadi buncit? ahahahaha
Delete�������� ampun,g sanggup bayangin
ReplyDeletejangan dibayangin, tapi dicobain. berani?
DeleteTak kira pizzanya topingnya ulat sagu bang πππitu makan ulat Nyale kaya makan mie instan ya,langsung banyk gtu ya ππ
ReplyDeleteahahaha soalnya kalau sedikit gak kerasa kan kecil gitu.. itu pizza asli biar nggak tengik mulutnya hahaha
Deleteya ampun geli banget liat ulat sagu sama cacing nyale-nya.. >_<
ReplyDelete