“Guys,
lihat sebelah kanan kalian ya”.
Curug Bajing.
Tampak
sebuah air terjun dua tingkat yang cukup besar diantara pepohonan. Curug
Sibedug, biasa air terjun itu dikenal oleh warga sekitar. Terletak tepat di
sisi jalan, Curug Sibedug menjadi salah satu alternatif pilihan bagi para
pelancong untuk menikmati liburan atau sekedar kabur dari rutinitas. Tanpa
biaya masuk, semua orang bias menikmati indahnya Curug Bajing. Tak hanya kami,
cukup banyak muda-mudi yang sedang nongkrong di sekitar Curug. Apalagi,
terdapat sebuah warung kopi yang menjual kopi Arabika khas Petungkriyono, tepat
disisi jalan. Tak disangka, ada seseorang yang menegurku dari belakang.
“Yud,
selamat datang di Pekalongan!” tegur pria itu sambil tersenyum.
Mas Shandy,
seorang instagrammer Pekalongan datang menyambut saya di curug Sibedug.
Padahal, sebelumnya kami sudah janjian di Pendopo Kabupaten, tetapi Mas Shandy
tak nampak batang hidungnya. Saya pikir,Mas Shandy lupa dengan janji untuk
bersilaturahmi setelah mengenalnya via media social Instagram setahun yang
lalu.
Curug Sibedug.
Plang Curug Sibedug. Simpel aja ya...
Menurut Mas
Shandy, Curug Sibedug yang terletak di Desa Kayupiring, Kabupaten Pekalongan
ini hanyalah curug pembuka sebelum memasuki curug yang jauh lebih indah.
“Semakin kedalam, semakin indah curugnya Yud” ujar Shandy. Maka dari itu,
biasanya orang-orang yang mampir di Curug Sibedug, biasanya hanya numpang lewat
melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan ke Curug lain. Padahal menurut
saya, Curug Sibedug ini juga menarik untuk dieskplor, tak hanya sebagai tempat
numpang lewat. Dengen debit air yang cukup deras dan dikelilingi oleh lebatnya
hutan, tampaknya Curug Sibedug mempunyai cukup potensi untuk diolah. Mungkin,
kedepannya bisa disediakan tempat parkir yang memadai bagi para pelancong
karena hamper semuanya memarkir kendaraan di sisi jalan. Hal itu mengakibatkan
seringnya terjadi kemacetan didepan Curug Sibedug, apalagi dengan adanya
tikungan yang cukup tajam yang berada tepat setelah Curug Sibedug.
Kami tak
menghabiskan waktu lama di Curug Sibedug. Mungkin kurang lebih hanya 10 menit
karena menurut Pak Yanto, Curug yang kami akan singgahi selanjutnya akan jauh
lebih cantik. Usai mengambil beberapa foto, kami bergegas melanjutkan
perjalanan.
Kabutnya!
Perjalanan
dari Curug Sibedug menuju Curug berikutnya relatif sama dengan kontur yang amat
rapat. Semakin kedalam, hutan Petungkriyono semakin perawan. Kabut putih tebal
tampak mulai naik mengelilingi kami. Pemandangan sawah dan kebun buah-buahan
yang tadinya memanjakan mata, mulai tergantikan oleh tebalnya kabut. Langit
tampak mulai gelap, sepertinya tak lama lagi hujan akan turun. “Yha, semakin ngantuk aja deh gue.”
Tak lama
hanya berselang selama 30 menit, kami tiba di Curug Lawe. Curug Lawe terlihat
lebih di developt dilihat dari adanya
tempat parkir dan papan infomasi yang memadai. Sayangnya, langit semakin gelap, dan sulit
untuk mengunjungi Curug Lawe dikarenakan kami harus trekking terlebih dahulu.
Kalau hujan, treknya menjadi sangat licin dan akhirnya kami memutuskan untuk
mengganti destinasi menuju Curug Bajing.
Makan siang kami hari ini! Nyam!
Sesampainya
di Curug Bajing, kami langsung disambut makan siang dengan lauk nasi merah,
aneka ikan, mendoan, teri tauco, dan tak lupa sambal ulek. Perut saya yang
sedari tadi sudah keroncongan tak dapat lagi menahan rasa lapar dan langsung
menyerbu warung makan yang lengkap dengan kopi khas Petungkriyono. Bahkan, si
abang penjual kopi terlihat cekatan saat menerima order kami lho! Awalnya, saya
memesan es sirup, karena cepat tepat mudah dan hemat. Tetapi lagi-lagi ternyata
abangnya kehabisn stok sirup dan mau tidak mau saya harus ngopi.
Ujung-ujungnya, saya memesan segelas es kopi Vietnam yang menyegarkan. “Mereka tau gue ngantuk, ngopi dulu biar nggak
tidur aja!”.
Debit airnya deras banget!
Trek menuju
Curug Bajing ternyata mudah saja. Kami hanya mengikuti papan petunjuk dan turun
dengan perlahan. Lokasi Curug Bajing sendiri agak sedikit dibawah dari tempat
parkir. Hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai ke titik dimana kami bisa
melihat Curug Bajing. Ternyata Curug Bajing ini nampak jauh berbeda dibanding
Curug Sibedug. Saya berani bilang, Curug Bajing jauh lebih indah disbanding
Sibedug! Dengan tinggi curug mungkin hampir 100 meter, saya yakin orang yang
berani berenang dibawahnya langsung rontok. Tipikal curug seperti ini enak
dipandang, tetapi ngeri kalau dibawa berenang. Debit airnya gede bangeeeeet!
Tapi keindahannya jangan ditanya lagi. Serasa air terjun pengantin gitu
diantara lebatnya hutan.
Love, love ....
Selfie Deck kok gak selfie, Kak?
Tak hanya
itu, disediakan pula selfie deck bagi para pelancong yang ingin mengabadikan
atau (pamer) momen ke media social masing-masing. Kami segera berebutan untuk
mengambil posisi di selfie deck, lalu berfoto bersama. Sempat khawatir juga,
selfie deck yang terlihat seperti bentuk hati itu akan roboh karena dinaikin
gerombolan siberat seperti kami. Untungnya, selfie deck dibangun amat kokoh,
dan kami bisa berselfie ria tanpa harus takut. Tetapi harus tetap berhati-hati
karena sekalinya terpeleset, jurangnya cukup dalam. Ya, minimal benjol lah.
Tiba-tiba,
rintik hujan turun membasahi bumi.
Sayang,
saya tak sempat mengabadikan Curug Bajing lebih dekat, karena hujan turun cukup
deras. Kami segera bergegas kembali ke warung makan sembari menunggu hujan
reda. Ya, saya selalu berpikir jika saat ini tidak sampai, mungkin tandanya aku
harus kembali lagi kesini. Bukan hanya Curug Sibedug atau Bajing saja, masih
banyak lagi Curug lainnya yang wajib di eksplor di kawasan Petungkriyono ini.
“Oh iya ada yang lupa Pak. Itu
yang foto ditempat Love rata-rata udah punya pasangan semua Pak. Kecuali Bapak”
………
NB: Tiket
masuk hanya Rp 6000 untuk hari libur dan Rp 4000 untuk hari biasa. Fasilitasnya
cukup lengkap, ada mushola, toilet, dan warung makan. Kondisi sekitar tampak bersih dan terawat. Selalu bawa jas
hujan karena kita nggak pernah tau kapan cuaca bakalan berubah.
Yuk ke
Pekalongan!
Curug sibedug itu ga ada airnya pas kemarau, jadi emang kayak tempat rehat sejenak gt.
ReplyDeleteCurug lawe padahal indah tapi ya gitu jauuhh banget nurun, pas pulang nanjak.
Sayang banget ya hujan, jd g ngerasain tampias curug bajing
Jadi aslinya Sibedug itu kenceng banget airnya? Pantesan kaya orang lewat doang :(
DeleteBerarti harus kembali lagi ke Pekalongan...
curugnya sangat tinggi dan indah banget pemandangannya, buat spot foto oke banget pula.. :)
ReplyDelete