Batik Batang. |
Salah satu cultural
experiences tersulit yang pernah saya lakukan!
Ketika saya masih kanak-kanak, saya senang
sekali menggambar. Medianya pun bermacam-macam, dari buku, kertas gambar,
hingga tembok rumah. Saking senangnya menggambar, saya sempat ikut les
menggambar meskipun akhirnya gambar saya tetap saja berantakan. Saat itu,
menggambar merupakan salah satu hobi saya yang sekarang mulaii terpendam. Sejak
saat itu, bisa dibilang saya tak pernah menggambar lagi, hingga datang kesempatan
membatik di Kabupuaten Batang.
Ibu Uting. |
Tiba di komunitas Batik Rifaiyah, Kabupaten Batang, kami disambut oleh Ibu
Uting. Ibu Uting merupakan salah satu
pengrajin batik di komunitas Batik Rifaiyah. “Disini Mas rata-rata
membatik dari kecil, umur sepuluh tahun sudah mulai belajar. Makanya tangannya
cekatan.” kata Ibu Uting. Saya merasa sangat bersemangat karena pengalaman
membatik ini merupakan pengalaman pertama saya. Biasanya, saya hanya melihat
batik yang sudah jadi dan mendengar cara proses pembuatanya. Tapi kali ini,
saya membatik sendiri!
Ibu Uting menunjukkan salah satu batik karyanya. |
Menurut Ibu Uting, Batik Rifaiyah merupakan
batik yang memiliki motif yang khas dibandingkan batik yang lain. Motif
tumbuhan menjadi pola utama dalam pembuatan batik Rifaiyah. Terdapat filosofi
sendiri mengenai batik Rifaiyah seperti batik daerah lainnya. Bukan hanya itu,
Batik Batang juga cukup dikenal diluar negeri. Salah satu batik yang terkenal
adalah Batik Tiga Negeri yang merupakan gabungan antara tiga motif yang
berbeda. Batik Tiga Negeri bisa dihargai hingga diatas sepuluh juta rupiah!
Gila!
Tapi wajar saja harganya bisa melambung tinggi.
Selain sulit, batik ini juga membutuhkan waktu yang lama. Bisa hitungan bulanan
bahkan tahunan. Saya sempat bertanya kepada Ibu Uting mengenai manajemen waktu
untuk membuat batik, tetapi Ibu Uting menjawab “Dibawa santai saja, ini namanya
batik sambal ngerjain kegiatan sehari-hari Mas”.
Cara melukis yang baik.
Usai bercerita, kami ditantang langsung untuk
mencoba membatik. Saya yang mempunya basic menggambar, ingin mencoba mengulang
kenangan masa lalu. Ya, siapa tau menggambar batik itu mudah. Tapi nyatanya,
sulitnya minta ampun! Membatik butuh niat, ketelitian, dan tingkat kesabaran
yang amat tinggi. Dimulai dari mengambil malam yang berwarna kecoklatan yang
sudah dipanaskan. Malam atau lilin ini digunakan sebagai bahan untuk melukis.
Ibu Uting juga sudah menyiapkan kain polos yang sudah digambar dengan pensil
sebelumnya, agar kami tinggal mengikuti polanya saja. Selain itu, kami juga
membutuhkan canting yang bermanfaat seperti bolpoin.
Canting dan Wajan untuk menyimpan lilin. |
Ternyata benar tidak mudah membatik secara
manual. Kesulitan pertama adalah sering macetnya canting saat melukis karena
lilin yang mampat didalam canting. Biasanya karena canting lupa ditiup, lilin
menjadi mengendap dalam lubang canting dan membuat mampet. Setelah itu lilin
yang tumpah ke atas kain juga bias merusak motif yang sudah kita buat. Bisa sih
dihilangkan, tapi moodnya udah keburu jelek. Ada beberapa lagi factor seperti
tangan yang bergetar saat melukis #SayaTimTanganGetar.
Bukan hanya saya saja yang kesulitan,
teman-teman lainpun tampak kesulitan. Tetapi kerennya, Leoni, Wira, dan Winny
berhasil menyelesaikan batiknya. Sedangkan saya? Boro-boro. Skill menggambar
yang dulu saya agung-agungkan, ,malah sekarang jadi bully-an anak-anak yang melihat hasil karya saya.
Serius amat, Kak? |
Melihat saya yang kebingungan, Ibu Uting
menunjukkan proses yang tepat dalam melukis. Kami hanya terpaku melihat
kepiawaian Ibu Uting dalam melukis. Tanpa pola pensil, Ibu Uting langsung
melukis diatas kain putih. Dimulai dengan membuat motif bunga, Ibu Uting melanjutkan
dengan membuat ranting dan dedaunannya. Indah banget! Padahal Ibu Uting belajar
secara otodidak dan turun menurun. Mungkin generasinya sudah beda kali ya!
Kata Ibu Uting, Batik Batang ini sudah bisa
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, karena permintaan pasar yang terus
melonjak. Jadi kalau para pria sibuk pergi berkerja, para ibu rumah tangga
membatik sambil mengurus anak dirumah. “ Daripada nggak ada kegiatan Mas, lebih
baik bantu cari nafkah.” ujarnya.
Ya, pada intinya jangan takabur dulu dengan
skill yang sudah lama terpendam. Mikirnya sih gampang, taunya sulit setengah
mati. Kan malah jadi malu juga sama anak-anak. But, belajar membatik merupakan
salah satu pengalaman yang menyenangkan. Jadi wajib banget mencoba membatik
yah!
Banyak yg belum tahu lho soal batik rifaiyah, biasanya pukul ratabaja batik Pekalongan haha
ReplyDeletewah maksudnya pukul ratabaja itu apa ya?
Delete